Rabu, 28 Oktober 2009

understanding ip

Understanding IP

Untuk mengatur alamat masing-masing komputer pada suatu jaringan, digunakanlah IP Address. IP Address adalah suatu alamat yang diberikan ke peralatan jaringan komputer untuk dapat diidentifikasi oleh komputer yang lain. Dengan demikian masing-masing komputer dapat melakukan proses tukar-menukar data / informasi, mengakses internet, atau mengakses ke suatu jaringan komputer dengan menggunakan protokol TCP/IP. IP Address digunakan untuk mengidentifikasi interface jaringan pada host dari suatu mesin (komputer). IP Address terdiri dari sekelompok bilangan biner 32 bit yang dibagi menjadi 4 bagian. Masing-masing bagian terdiri dari 8 bit, yang berarti memiliki nilai desimal dari 0 sampai 255. Tiap 8 bit ini disebut sebagai oktet. Bentuk IP Address adalah sebagai berikut:

xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx
Setiap tanda simbol “x” dapat kita gantikan oleh angka 0 dan 1, misal :
11000000.10101000.00000000.00000001

Notasi IP Address dengan bilangan biner seperti di atas tidak mudah kita baca dan hapalkan. Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam membaca dan mengingat suatu alamat IP dalam jaringan, IP Address sering ditulis sebagai 4 bilangan desimal yang masing-masing dipisahkan oleh sebuah titik. Setiap bilangan desimal tersebut merupakan nilai dari satu oktet (8 bit) IP Address, misalnya :

11000000.10101000.00000000.00000001
192 . 168 . 0 . 1

IP Address dapat dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu host ID dan network ID. Host ID berfungsi untuk mengidentifikasi host dalam suatu jaringan. Sedangkan Network ID berfungsi untuk mengidentifikasikan suatu jaringan dari jaringan yang lain. Hal ini berarti seluruh host yang tersambung di dalam jaringan yang sama memiliki network ID yang sama pula. Sebagian dari bit-bit bagian awal dari IP Address merupakan network ID atau network number, sedangkan sisanya untuk host. Garis pemisah antara bagian network dan host tidak tetap (konstan), tergantung pada kelas network yang kita gunakan.
Terdapat beberapa kelas IP Address yang digunakan dalam TCP/IP dalam suatu jaringan, yaitu kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, dan kelas E.

KELAS A
Pada jaringan IP Address kelas A, bit pertama dari IP address tersebut adalah 0. Bit pertama dan 7 bit berikutnya (8 bit per¬tama) merupakan network ID, sedangkan 24 bit terakhir merupakan host ID. Maka pada kelas A hanya terdapat 128 network IP Address dengan jangkauan dari 0.xxx.xxx.xxx sampai 127.xxx.xxx.xxx.

KELAS B
Pada jaringan IP Address kelas B, 2 bit pertama dari IP address adalah 10. Dua bit ini dan bit berikutnya (16 bit pertama) merupakan network ID. Sedangkan 16 bit terakhir merupakan host ID. Maka pada kelas B terdapat 16384 network IP Address dengan jangkauan dari 128.0.xxx.xxx sampai 191.255.xxx.xxx.

KELAS C
Pada jaringan IP Address kelas C, 3 bit pertama dari IP Address adalah 110. Tiga bit ini dan 21 bit berikutnya (24 bit pertama) merupakan network ID. Sedangkan 8 bit terakhir merupakan host ID. Maka pada kelas C terdapat lebih dari 2 juta network IP Address dengan jangkauan dari 192.0.0.xxx sampai 223.255.255.xxx.

KELAS D
Pada jaringan IP Address kelas D, 4 bit pertama dari IP Address ini adalah 1 1 1 0. Sedangkan bit sisanya digunakan untuk grup host pada jaringan dengan range IP antara 224.0.0.0 – 239.255.255.255. IP Address Kelas D digunakan untuk multicasting, yaitu pemakaian aplikasi secara bersama-sama oleh sejumlah komputer. Multicasting berfungsi untuk mengirimkan informasi pada nomor host register. Host-host dikelompokkan dengan meregistrasi atau mendaftarkan dirinya kepada router lokal dengan menggunakan alamat multicast dari range alamat IP Address kelas D. Salah satu penggunaan multicast address pada internet saat ini adalah aplikasi real time video conference yang melibatkan lebih dari dua host (multipoint) dengan menggunakan Mbone (Multicast Backbone).

KELAS E
Pada jaringan IP Address kelas E, 4 bit pertama dari IP Address ini adalah 1 1 1 1. IP address kelas E mempunyai range antara 240.0.0.0 – 254.255.255.255. IP Address kelas E merupakan kelas IP address eksperimen yang dipersiapkan untuk peng¬gunaan IP Address di masa yang akan datang.

IP PRIVATE DAN IP PUBLIC
Berdasarkan jenisnya IP address dibedakan menjadi 2 macam yaitu IP Private dan IP Public.
IP Private adalah suatu IP address yang digunakan oleh suatu organisasi yang diperuntukkan untuk jaringan lokal. Sehingga organisasi lain dari luar organisasi tersebut tidak dapat melakukan komunikasi dengan jaringan lokal tersebut. Contoh pemakaiannya adalah pada jaringan intranet.
Sedangkan Range IP Private adalah sebagai berikut :
Kelas A : 10.0.0.0 – 10.255.255.255
Kelas B : 172.16.0.0 – 172.31.255.255
Kelas C : 192.168.0.0 – 192.168.255.255

IP Public adalah suatu IP address yang digunakan pada jaringan lokal oleh suatu organisasi dan organisasi lain dari luar organisasi tersebut dapat melakukan komunikasi langsung dengan jaringan lokal tersebut. Contoh pemakaiannya adalah pada jaringan internet.
Sedangkan range dari IP Public : range IP address yang tidak termasuk dalam IP Private.

SUBNETTING
Subnetting adalah pembagian suatu kelompok alamat IP menjadi beberapa network ID lain dengan jumlah anggota jaringan yang lebih kecil, yang disebut subnet (subnetwork).
Subnet Mask merupakan angka biner 32 bit yang digunakan untuk :
•Membedakan antara network ID dengan host ID.
•Menunjukkan letak suatu host, apakah host tersebut berada pada jaringan luar atau jaringan lokal.

Tujuan dalam melakukan subnetting ini adalah :
•Membagi satu kelas netwok atas sejumlah subnetwork dengan arti membagi suatu kelas jaringan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
•Menempatkan suatu host, apakah berada dalam satu jaringan atau tidak.
•Untuk mengatasi masalah perbedaaan hardware dengan topologi fisik jaringan.
•Penggunaan IP Address yang lebih efisien.

Ada dua pendekatan dalam melakukan pembentukan subnet, yaitu :
•Berdasarkan jumlah jaringan yang akan dibentuk.
•Berdasarkan jumlah host yang dibentuk dalam jaringan.

Kedua-duanya akan dipakai untuk menentukan efisiensi pe¬nomoran IP dalam suatu lingkungan jaringan. Pada subnet mask seluruh bit yang berhubungan dengan host ID diset 0. Sedangkan bit yang berhubungan dengan network ID diset 1.
Untuk menentukan suatu host berada pada jaringan luar atau pada jaringan lokal, kita dapat melakukan operasi AND antara subnet mask dengan IP Address asal dan IP Address tujuan, serta membandingkan hasilnya sehingga dapat diketahui ke mana arah tujuan dari paket IP tersebut. Jika kedua hasil operasi tersebut sama, maka host tujuan terletak di jaringan lokal dan paket IP dikirim langsung ke host tujuan. Jika hasilnya berbeda, maka host terletak di luar jaringan lokal, sehingga paket IP dikirim ke default router.

SEKILAS TENTANG IPV6 (IP VERSI 6)
Perkembangan jaringan dan internet yang berkembang sangat pesat akhir-akhir ini membuat Internet Protocol (IP) yang sering digunakan dalam jaringan dengan TCP/IP menjadi ketinggalan. Khususnya, karena sekarang ini telah terdapat berbagai aplikasi pada internet yang membutuhkan kapasitas IP jaringan yang sangat besar dan dengan jumlah yang sangat banyak. Aplikasi-aplikasi tersebut di antaranya email, multimedia menggunakan internet, remote access, FTP (File Transfer Protocol), dan lain sebagainya. Aplikasi ini membutuhkan supply layanan jaringan yang lebih cepat dan fungsi keamanan menjadi faktor terpenting di dalamnya.
Kebutuhan akan fungsi keamanan tersebut tidak dapat dipenuhi oleh IPV4, karena pada IP ini memiliki keterbatasan, yaitu hanya mempunyai panjang address sampai dengan 32 bit saja. Dengan demikian, diciptakanlah suatu IP untuk mengatasi keterbatasan resource Internet Protocol yang telah mulai berkurang serta memiliki fungsi keamanan yang handal (relia¬bility). IP tersebut adalah IPV6 (IP Versi 6), atau disebut juga dengan IPNG (IP Next Generation). IPV6 merupakan pengembangan dari IP terdahulu yaitu IPV4. Pada IP ini terdapat 2 pengalamatan dengan panjang address sebesar 128 bit.
Penggunaan dan pengaturan IPV4 pada jaringan dewasa ini mulai mengalami berbagai masalah dan kendala. Di mulai dari masalah pengalokasian IP address yang akan habis digunakan karena banyaknya host yang terhubung atau terkoneksi dengan internet, mengingat panjang addressnya yang hanya 32 bit serta tidak mampu mendukung kebutuhan akan komunikasi yang aman.
IPv6 mempunyai tingkat keamanan yang lebih tinggi karena berada pada level Network Layer, sehingga dapat mencakup semua level aplikasi. Hal tersebut berbeda dengan IPV4 yang bekerja pada level aplikasi. Oleh sebab itu, IPV6 mendukung penyusunan address secara terstruktur, yang memungkinkan Internet terus berkembang dan menyediakan kemampuan routing baru yang tidak terdapat pada IPV4.

Selasa, 27 Oktober 2009

subnetmask

Subnet mask
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Broom icon.svg
Artikel bertopik teknologi informasi ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.

Subnet mask adalah istilah teknologi informasi dalam bahasa Inggris yang mengacu kepada angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan network ID dengan host ID, menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar.

RFC 950 mendefinisikan penggunaan sebuah subnet mask yang disebut juga sebagai sebuah address mask sebagai sebuah nilai 32-bit yang digunakan untuk membedakan network identifier dari host identifier di dalam sebuah alamat IP. Bit-bit subnet mask yang didefinisikan, adalah sebagai berikut:

* Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh network identifier diset ke nilai 1.
* Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh host identifier diset ke nilai 0.

Setiap host di dalam sebuah jaringan yang menggunakan TCP/IP membutuhkan sebuah subnet mask meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja. Entah itu subnet mask default (yang digunakan ketika memakai network identifier berbasis kelas) ataupun subnet mask yang dikustomisasi (yang digunakan ketika membuat sebuah subnet atau supernet) harus dikonfigurasikan di dalam setiap node TCP/IP.
Daftar isi
[sembunyikan]

* 1 Representasi Subnet Mask
o 1.1 Desimal Bertitik
o 1.2 Representasi panjang prefiks (prefix length) dari sebuah subnet mask
o 1.3 Menentukan alamat Network Identifier
* 2 Tabel Pembuatan subnet
o 2.1 Subnetting Alamat IP kelas A
o 2.2 Subnetting Alamat IP kelas B
o 2.3 Subnetting Alamat IP kelas C
* 3 Variable-length Subnetting

[sunting] Representasi Subnet Mask

Ada dua metode yang dapat digunakan untuk merepresentasikan subnet mask, yakni:

* Notasi Desimal Bertitik
* Notasi Panjang Prefiks Jaringan

[sunting] Desimal Bertitik

Sebuah subnet mask biasanya diekspresikan di dalam notasi desimal bertitik (dotted decimal notation), seperti halnya alamat IP. Setelah semua bit diset sebagai bagian network identifier dan host identifier, hasil nilai 32-bit tersebut akan dikonversikan ke notasi desimal bertitik. Perlu dicatat, bahwa meskipun direpresentasikan sebagai notasi desimal bertitik, subnet mask bukanlah sebuah alamat IP.

Subnet mask default dibuat berdasarkan kelas-kelas alamat IP dan digunakan di dalam jaringan TCP/IP yang tidak dibagi ke alam beberapa subnet. Tabel di bawah ini menyebutkan beberapa subnet mask default dengan menggunakan notasi desimal bertitik. Formatnya adalah:

,

Kelas alamat Subnet mask (biner) Subnet mask (desimal)
Kelas A 11111111.00000000.00000000.00000000 255.0.0.0
Kelas B 11111111.11111111.00000000.00000000 255.255.0.0
Kelas C 11111111.11111111.11111111.00000000 255.255.255.0

Perlu diingat, bahwa nilai subnet mask default di atas dapat dikustomisasi oleh administrator jaringan, saat melakukan proses pembagian jaringan (subnetting atau supernetting). Sebagai contoh, alamat 138.96.58.0 merupakan sebuah network identifier dari kelas B yang telah dibagi ke beberapa subnet dengan menggunakan bilangan 8-bit. Kedelapan bit tersebut yang digunakan sebagai host identifier akan digunakan untuk menampilkan network identifier yang telah dibagi ke dalam subnet. Subnet yang digunakan adalah total 24 bit sisanya (255.255.255.0) yang dapat digunakan untuk mendefinisikan custom network identifier. Network identifier yang telah di-subnet-kan tersebut serta subnet mask yang digunakannya selanjutnya akan ditampilkan dengan menggunakan notasi sebagai berikut:

138.96.58.0, 255.255.255.0

[sunting] Representasi panjang prefiks (prefix length) dari sebuah subnet mask

Karena bit-bit network identifier harus selalu dipilih di dalam sebuah bentuk yang berdekatan dari bit-bit ordo tinggi, maka ada sebuah cara yang digunakan untuk merepresentasikan sebuah subnet mask dengan menggunakan bit yang mendefinisikan network identifier sebagai sebuah network prefix dengan menggunakan notasi network prefix seperti tercantum di dalam tabel di bawah ini. Notasi network prefix juga dikenal dengan sebutan notasi Classless Inter-Domain Routing (CIDR) yang didefinisikan di dalam RFC 1519. Formatnya adalah sebagai berikut:

/

Kelas alamat Subnet mask (biner) Subnet mask (desimal) Prefix Length
Kelas A 11111111.00000000.00000000.00000000 255.0.0.0 /8
Kelas B 11111111.11111111.00000000.00000000 255.255.0.0 /16
Kelas C 11111111.11111111.11111111.00000000 255.255.255.0 /24

Sebagai contoh, network identifier kelas B dari 138.96.0.0 yang memiliki subnet mask 255.255.0.0 dapat direpresentasikan di dalam notasi prefix length sebagai 138.96.0.0/16.

Karena semua host yang berada di dalam jaringan yang sama menggunakan network identifier yang sama, maka semua host yang berada di dalam jaringan yang sama harus menggunakan network identifier yang sama yang didefinisikan oleh subnet mask yang sama pula. Sebagai contoh, notasi 138.23.0.0/16 tidaklah sama dengan notasi 138.23.0.0/24, dan kedua jaringan tersebut tidak berada di dalam ruang alamat yang sama. Network identifier 138.23.0.0/16 memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga 138.23.255.254; sedangkan network identifier 138.23.0.0/24 hanya memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga 138.23.0.254.
[sunting] Menentukan alamat Network Identifier

Untuk menentukan network identifier dari sebuah alamat IP dengan menggunakan sebuah subnet mask tertentu, dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah operasi matematika, yaitu dengan menggunakan operasi logika perbandingan AND (AND comparison). Di dalam sebuah AND comparison, nilai dari dua hal yang diperbandingkan akan bernilai true hanya ketika dua item tersebut bernilai true; dan menjadi false jika salah satunya false. Dengan mengaplikasikan prinsip ini ke dalam bit-bit, nilai 1 akan didapat jika kedua bit yang diperbandingkan bernilai 1, dan nilai 0 jika ada salah satu di antara nilai yang diperbandingkan bernilai 0.

Cara ini akan melakukan sebuah operasi logika AND comparison dengan menggunakan 32-bit alamat IP dan dengan 32-bit subnet mask, yang dikenal dengan operasi bitwise logical AND comparison. Hasil dari operasi bitwise alamat IP dengan subnet mask itulah yang disebut dengan network identifier.

Contoh:

Alamat IP 10000011 01101011 10100100 00011010 (131.107.164.026)
Subnet Mask 11111111 11111111 11110000 00000000 (255.255.240.000)
------------------------------------------------------------------ AND
Network ID 10000011 01101011 10100000 00000000 (131.107.160.000)

[sunting] Tabel Pembuatan subnet
[sunting] Subnetting Alamat IP kelas A

Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas A.
Jumlah subnet
(segmen jaringan) Jumlah subnet bit Subnet mask
(notasi desimal bertitik/
notasi panjang prefiks) Jumlah host tiap subnet
1-2 1 255.128.0.0 atau /9 8388606
3-4 2 255.192.0.0 atau /10 4194302
5-8 3 255.224.0.0 atau /11 2097150
9-16 4 255.240.0.0 atau /12 1048574
17-32 5 255.248.0.0 atau /13 524286
33-64 6 255.252.0.0 atau /14 262142
65-128 7 255.254.0.0 atau /15 131070
129-256 8 255.255.0.0 atau /16 65534
257-512 9 255.255.128.0 atau /17 32766
513-1024 10 255.255.192.0 atau /18 16382
1025-2048 11 255.255.224.0 atau /19 8190
2049-4096 12 255.255.240.0 atau /20 4094
4097-8192 13 255.255.248.0 atau /21 2046
8193-16384 14 255.255.252.0 atau /22 1022
16385-32768 15 255.255.254.0 atau /23 510
32769-65536 16 255.255.255.0 atau /24 254
65537-131072 17 255.255.255.128 atau /25 126
131073-262144 18 255.255.255.192 atau /26 62
262145-524288 19 255.255.255.224 atau /27 30
524289-1048576 20 255.255.255.240 atau /28 14
1048577-2097152 21 255.255.255.248 atau /29 6
2097153-4194304 22 255.255.255.252 atau /30 2
[sunting] Subnetting Alamat IP kelas B

Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas B.
Jumlah subnet/
segmen jaringan Jumlah subnet bit Subnet mask
(notasi desimal bertitik/
notasi panjang prefiks) Jumlah host tiap subnet
1-2 1 255.255.128.0 atau /17 32766
3-4 2 255.255.192.0 atau /18 16382
5-8 3 255.255.224.0 atau /19 8190
9-16 4 255.255.240.0 atau /20 4094
17-32 5 255.255.248.0 atau /21 2046
33-64 6 255.255.252.0 atau /22 1022
65-128 7 255.255.254.0 atau /23 510
129-256 8 255.255.255.0 atau /24 254
257-512 9 255.255.255.128 atau /25 126
513-1024 10 255.255.255.192 atau /26 62
1025-2048 11 255.255.255.224 atau /27 30
2049-4096 12 255.255.255.240 atau /28 14
4097-8192 13 255.255.255.248 atau /29 6
8193-16384 14 255.255.255.252 atau /30 2
[sunting] Subnetting Alamat IP kelas C

Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas C.
Jumlah subnet
(segmen jaringan) Jumlah subnet bit Subnet mask
(notasi desimal bertitik/
notasi panjang prefiks) Jumlah host tiap subnet
1-2 1 255.255.255.128 atau /25 126
3-4 2 255.255.255.192 atau /26 62
5-8 3 255.255.255.224 atau /27 30
9-16 4 255.255.255.240 atau /28 14
17-32 5 255.255.255.248 atau /29 6
33-64 6 255.255.255.252 atau /30 2
[sunting] Variable-length Subnetting

Bahasan di atas merupakan sebuah contoh dari subnetting yang memiliki panjang tetap (fixed length subnetting), yang akan menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama. Meskipun demikian, dalam kenyataannya segmen jaringan tidaklah seperti itu. Beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih banyak alamat IP dibandingkan lainnya, dan beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih sedikit alamat IP.

Jika proses subnetting yang menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama telah dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam segmen-segmen jaringan tersebut memiliki alamat-alamat yang tidak digunakan atau membutuhkan lebih banyak alamat. Karena itulah, dalam kasus ini proses subnetting harus dilakukan berdasarkan segmen jaringan yang dibutuhkan oleh jumlah host terbanyak. Untuk memaksimalkan penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting pun diaplikasikan secara rekursif untuk membentuk beberapa subjaringan dengan ukuran bervariasi, yang diturunkan dari network identifier yang sama. Teknik subnetting seperti ini disebut juga variable-length subnetting. Subjaringan-subjaringan yang dibuat dengan teknik ini menggunakan subnet mask yang disebut sebagai Variable-length Subnet Mask (VLSM).

Karena semua subnet diturunkan dari network identifier yang sama, jika subnet-subnet tersebut berurutan (kontigu subnet yang berada dalam network identifier yang sama yang dapat saling berhubungan satu sama lainnya), rute yang ditujukan ke subnet-subnet tersebut dapat diringkas dengan menyingkat network identifier yang asli.

Teknik variable-length subnetting harus dilakukan secara hati-hati sehingga subnet yang dibentuk pun unik, dan dengan menggunakan subnet mask tersebut dapat dibedakan dengan subnet lainnya, meski berada dalam network identifer asli yang sama. Kehati-hatian tersebut melibatkan analisis yang lebih terhadap segmen-segmen jaringan yang akan menentukan berapa banyak segmen yang akan dibuat dan berapa banyak jumlah host dalam setiap segmennya.

Dengan menggunakan variable-length subnetting, teknik subnetting dapat dilakukan secara rekursif: network identifier yang sebelumnya telah di-subnet-kan, di-subnet-kan kembali. Ketika melakukannya, bit-bit network identifier tersebut harus bersifat tetap dan subnetting pun dilakukan dengan mengambil sisa dari bit-bit host.

Tentu saja, teknik ini pun membutuhkan protokol routing baru. Protokol-protokol routing yang mendukung variable-length subnetting adalah Routing Information Protocol (RIP) versi 2 (RIPv2), Open Shortest Path First (OSPF), dan Border Gateway Protocol (BGP versi 4 (BGPv4). Protokol RIP versi 1 yang lama, tidak mendukungya, sehingga jika ada sebuah router yang hanya mendukung protokol tersebut, maka router tersebut tidak dapat melakukan routing terhadap subnet yang dibagi dengan menggunakan teknik variable-length subnet mask.

subneting

subnetting landasan teori
Subnetting adalah sebuah teknik yang mengizinkan para administrator jaringan untuk memanfaatkan 32 bit IP address yang tersedia dengan lebih efisien. Teknik subnetting membuat skala jaringan lebih luas dan tidak dibatas oleh kelas-kelas IP (IP Classes) A, B, dan C yang sudah diatur. Dengan subnetting, anda bisa membuat network dengan batasan host yang lebih realistis sesuai kebutuhan.

Subnetting menyediakan cara yang lebih fleksibel untuk menentukan bagian mana dari sebuah 32 bit IP adddress yang mewakili netword ID dan bagian mana yang mewakili host ID.

Dengan kelas-kelas IP address standar, hanya 3 kemungkinan network ID yang tersedia; 8 bit untuk kelas A, 16 bit untuk kelas B, dan 24 bit untuk kelas C. Subnetting mengizinkan anda memilih angka bit acak (arbitrary number) untuk digunakan sebagai network ID.

Dua alasan utama melakukan subnetting:

1. Mengalokasikan IP address yang terbatas supaya lebih efisien. Jika internet terbatas oleh alamat-alamat di kelas A, B, dan C, tiap network akan memliki 254, 65.000, atau 16 juta IP address untuk host devicenya. Walaupun terdapat banyak network dengan jumlah host lebih dari 254, namun hanya sedikit network (kalau tidak mau dibilang ada) yang memiliki host sebanyak 65.000 atau 16 juta. Dan network yang memiliki lebih dari 254 device akan membutuhkan alokasi kelas B dan mungkin akan menghamburkan percuma sekitar 10 ribuan IP address.
2. Alasan kedua adalah, walaupun sebuah organisasi memiliki ribuan host device, mengoperasikan semua device tersebut di dalam network ID yang sama akan memperlambat network. Cara TCP/IP bekerja mengatur agar semua komputer dengan network ID yang sama harus berada di physical network yang sama juga. Physical network memiliki domain broadcast yang sama, yang berarti sebuah medium network harus membawa semua traffic untuk network. Karena alasan kinerja, network biasanya disegmentasikan ke dalam domain broadcast yang lebih kecil – bahkan lebih kecil – dari Class C address.

Subnets

Subnet adalah network yang berada di dalam sebuah network lain (Class A, B, dan C). Subnets dibuat menggunakan satu atau lebih bit-bit di dalam host Class A, B, atau C untuk memperlebar network ID. Jika standar network ID adalah 8, 16, dan 24 bit, maka subnet bisa memiliki panjang network ID yang berbeda-beda.

Picture 1: Subnetting
Before Subnetting

Before Subnetting
After Subnetting

After Subnetting

Gambar di Picture 1 menunjukkan sebuah network sebelum dan sesudah subnetting diaplikasikan. Di dalam jaringan yang tidak subnetkan, network ditugaskan ke dalam Address di Class B 144.28.0.0. Semua device di dalam network ini harus berbagi domain broadcast yang sama.

Di network yang ke dua, empat bit pertama host ID digunakan untuk memisahkan network ke dalam dua bagian kecil network – diidentifikasikan dengan subnet 16 dan 32. Bagi dunia luar (di sisi luar router), kedua network ini tetap akan tampak seperti sebuah network dengan IP 144.28.0.0. Sebagai contoh, dunia luar menganggap device di 144.28.16.22 dimiliki oleh jaringan 144.28.0.0. Sehingga, paket yang dikirim ke device ini dikirim ke router di 144.28.0.0. Router kemudian melihat bagian subnet dari host ID untuk memutuskan apakah paket diteruskan ke subnet 16 atau 32.
Subnet Mask

Agar subnet dapat bekerja, router harus diberi tahu bagian mana dari host ID yang digunakan untuk network ID subnet. Cara ini diperoleh dengan menggunakan angka 32 bit lain, yang dikenal dengan subnet mask. Bit IP address yang mewakili network ID tampil dengan angka 1 di dalam mask, dan bit IP address yang menjadi host ID tampil dengan angka 0 di dalam mask. Jadi biasanya, sebuah subnet mask memiliki deretan angka-angka 1 di sebelah kiri, kemudian diikuti dengan deretan angka 0.

Sebagai contoh, subnet mask untuk subnet di Picture 1 – dimana network ID yang berisi 16 bit network ID ditambah tambahan 4-bit subnet ID – terlihat seperti ini:

11111111 11111111 11110000 00000000

Atau dengan kata lain, 20 bit pertama adalah 1, dan sisanya 12 bit adalah 0. Jadi, network ID memiliki panjang 20 bit, dan bagian host ID yang telah disubnetkan memiliki panjang 12 bit.

Untuk menentukan network ID dari sebuah IP address, router harus memiliki kedua IP address dan subnet masknya. Router kemudian menjalankan operasi logika AND di IP address dan mengekstrak (menghasilkan) network ID. Untuk menjalankan operasi logika AND, tiap bit di dalam IP address dibandingkan dengan bit subnet mask. Jika kedua bit 1, maka hasilnya adalah, Jika salah satu bit 0, maka hasilnya adalah 0.

Sebagai contoh, berikut ini adalah contoh network address yang di hasilkan dari IP address menggunakan 20-bit subnet mask dari contoh sebelumnya.
144. 28. 16. 17.

IP address (biner) 10010000 00011100 00100000 00001001
Subnet mask 11111111 11111111 11110000 00000000
Network ID 10010000 00011100 00100000 00000000

144. 28. 16. 0

Jadi network ID untuk subnet ini adalah 144.28.16.0

Subnet mask, seperti juga IP address ditulis menggunakan notasi desimal bertitik (dotted decimal notation). Jadi 20-bit subnet mask seperti contoh diatas bisa dituliskan seperti ini: 255.255.240.0
Subnet mask:
11111111 11111111 11110000 00000000
255. 255. 240. 0.

Jangan bingung membedakan antara subnet mask dengan IP address. Sebuah subnet mask tidak mewakili sebuah device atau network di internet. Cuma menandakan bagian mana dari IP address yang digunakan untuk menentukan network ID. Anda dapat langsung dengan mudah mengenali subnet mask, karena octet pertama pasti 255, 255 bukanlah octet yang valid untuk IP address class.

Aturan-aturan Dalam Membuat Subnet mask

1. Angka minimal untuk network ID adalah 8 bit. Sehingga, octet pertama dari subnet pasti 255.
2. Angka maximal untuk network ID adalah 30 bit. Anda harus menyisakan sedikitnya 2 bit untuk host ID, untuk mengizinkan paling tidak 2 host. Jika anda menggunakan seluruh 32 bit untuk network ID, maka tidak akan tersisa untuk host ID. Ya, pastilah nggak akan bisa. Menyisakan 1 bit juga tidak akan bisa. Hal itu disebabkan sebuah host ID yang semuanya berisi angka 1 digunakan untuk broadcast address dan semua 0 digunakan untuk mengacu kepada network itu sendiri. Jadi, jika anda menggunakan 31 bit untuk network ID dan menyisakan hanya 1 bit untuk host ID, (host ID 1 digunakan untuk broadcast address dan host ID 0 adalah network itu sendiri) maka tidak akan ada ruang untuk host sebenarnya. Makanya maximum network ID adalah 30 bit.
3. Karena network ID selalu disusun oleh deretan angka-angka 1, hanya 9 nilai saja yang mungkin digunakan di tiap octet subnet mask (termasuk 0). Tabel berikut ini adalah kemungkinan nilai-nilai yang berasal dari 9 bit.

Binary Octet Decimal
00000000 0
10000000 128
11000000 192
11100000 224
11110000 240
11111000 248
11111100 252
11111110 254
11111111 255
Private dan Public Address

Host apapun dengan koneksi langsung ke internet harus memiliki IP address unik global. Tapi, tidak semua host terkoneksi langsung ke internet. Beberapa host berada di dalam network yang tidak terkoneksi ke internet. Beberapa host terlindungi firewall, sehingga koneksi internet mereka tidak secara langsung.

Beberapa blok IP address khusus digunakan untuk private network atau network yang terlindungi oleh firewall. Terdapat tiga jangkauan (range) untuk IP address tersebut seperti di tabel berikut ini. Jika anda ingin menciptakan jaringan private TCP/IP, gunakan IP address di tabel ini.
CIDR Subnet Mask Address Range
10.0.0.0/8 255.0.0.0 10.0.0.1 – 10.255.255.254
172.16.0.0/12 255.255.240.0 172.16.1.1 – 172.31.255.254
192.168.0.0/16 255.255.0.0 192.168.0.1 – 192.168.255.254

ShareThis

Categories: Networking
Tags: Computers, ip address, Networking, subnetting, TCP/IP

Rabu, 07 Oktober 2009

seting router warnet..

Setting Router Untuk Warnet
Tutorial setting Router buat Warnet,kira-kira kayak gini konfigurasi yang sekarang akan dibahas :

Pertama yang harus di lakukan adalah mensetting mgw(main gateway) supaya bisa connect ke internet
Sebelum Mensetting :
1.Minta IP public ke ISP lengkap dengan netmask,broadcast dan dns nya
misalnya :
RANGE : 202.159.121.0/29
IP : 202.159.121.2
GATEWAY : 202.159.121.1
Nemast : 255.255.255.248
broadcast : 202.159.121.7
DNS1 : 202.159.0.10
DNS2 : 202.159.0.20
berarti kita mendapatkan ip 5 buah dari 202.159.121.2 – 202.159.121.6
2.Menentukan IP local yang akan kita gunakan buat client
Setting IP MGW :
1.[root@mgw cachak]$ vi /etc/sysconfig/network
lalu isi dengan :
NETWORKING=yes
HOSTNAME=mgw.domain.com
GATEWAY=202.159.121.1
lalu simpen dengan menekan :wq
2.Menconfigurasi IP eth0(default)
[root@mgw root]$ vi /etc/sysconfig/network-scripts/ifcfg-eth0
lalu isi dengan :
DEVICE=eth0
BOOTPROTO=static
IPADDR=202.159.121.2
BROADCAST=202.159.121.7
NETMASK=255.255.255.249
ONBOOT=yes
USERCTL=no
lalu simpen dengan menekan :wq
3.Setting dns resolve
[root@mgw root]$ vi /etc/resolve.conf
lalu isi dengan nameserver dari isp kita tadi :
nameserver 202.159.0.10
nameserver 202.159.0.20
lalu simpen dengan menekan :wq
4.Setting ip_forwarding
[root@mgw cachak]$ vi /etc/sysctl.conf
rubah net.ipv4.ip_forward = 0 menjadi net.ipv4.ip_forward = 1
atau kalau gak ada net.ipv4.ip_forward = 0 tambahin net.ipv4.ip_forward = 1
simpen dengan menekan :wq
5.restart network
[root@mgw cachak]$ /etc/init.d/network restart
Shutting down interface eth0: [ OK ]
Shutting down loopback interface: [ OK ]
Disabling IPv4 packet forwarding: [ OK ]
Setting network parameters: [ OK ]
Bringing up loopback interface: [ OK ]
Bringing up interface eth0: [ OK ]
[root@www root]#chkconfig –level 2345 network on
[root@www root]#
6.testing dengan ngeping ke default gateway 202.159.121.1
[root@mgw cachak]$ ping 202.159.121.1
PING 202.159.121.1 (202.159.121.1) 56(84) bytes of data.
64 bytes from 202.159.121.1: icmp_seq=1 ttl=63 time=0.356 ms
64 bytes from 202.159.121.1: icmp_seq=2 ttl=63 time=0.269 ms
64 bytes from 202.159.121.1: icmp_seq=3 ttl=63 time=0.267 ms
64 bytes from 202.159.121.1: icmp_seq=4 ttl=63 time=0.268 ms
— 202.159.121.1 ping statistics —
4 packets transmitted, 4 received, 0% packet loss, time 2997ms
rtt min/avg/max/mdev = 0.267/0.290/0.356/0.038 ms
7.testing untuk ngeping google.com untuk ngecek dns nya
kalau muncul :
PING google.com (216.239.39.99) 56(84) bytes of data.
berarti dns kita untuk mgw dah bekerja, tapi kalau muncul :
ping: unknown host google.com
berarti dns yang kita isikan di /etc/resolve.conf masih salah,silahkan cek lagi ke ISP nya
nah bereskan sudah setting IP untuk mgw nya
supaya mgw ini bisa sekaligus di gunakan sebagai ns server oleh client maka harus di install daemon bind atau daemon nameserver yang lain
ataukalau sudah ada tinggal idupin Bind nya
[root@www root]# /etc/init.d/named restart
Stopping named: [ OK ]
Starting named: [ OK ]
[root@www root]#chkconfig –level 2345 named on
[root@www root]#
misalnya ip ke client adalah :
192.168.0.1/24
IP : 192.168.0.1
netmask : 255.255.255.0
broadcast : 192.168.0.255
RANGE IP CLIENT : 192.168.0.2-192.168.0.254
Setting ip untuk eth1 (yang ke client)
1.memberi IP 192.168.0.1 di eth1
[root@mgw cachak]$ vi /etc/sysconfig/network-scripts/ifcfg-eth1
lalu isi dengan :
DEVICE=eth1
BOOTPROTO=static
IPADDR=192.168.0.1
NETMASK=255.255.255.0
BROADCAST=192.168.0.255
ONBOOT=yes
USERCTL=no
lalu simpen dengan menekan :wq
2.Restart networknya
[root@mgw root]$ /etc/init.d/network restart
Shutting down interface eth0: [ OK ]
Shutting down interface eth1: [ OK ]
Shutting down loopback interface: [ OK ]
Disabling IPv4 packet forwarding: [ OK ]
Setting network parameters: [ OK ]
Bringing up loopback interface: [ OK ]
Bringing up interface eth0: [ OK ]
Bringing up interface eth1: [ OK ]
3.Testing dengan cara ping ip eth1
[root@mgw cachak]$ ping 192.168.0.1
PING 192.168.0.1 (192.168.0.1) 56(84) bytes of data.
64 bytes from 192.168.0.1: icmp_seq=1 ttl=63 time=0.356 ms
64 bytes from 192.168.0.1: icmp_seq=2 ttl=63 time=0.269 ms
64 bytes from 192.168.0.1: icmp_seq=3 ttl=63 time=0.267 ms
64 bytes from 192.168.0.1: icmp_seq=4 ttl=63 time=0.268 ms
— 192.168.0.1 ping statistics —
4 packets transmitted, 4 received, 0% packet loss, time 2997ms
rtt min/avg/max/mdev = 0.267/0.290/0.356/0.038 ms
Tinggal Setting IP computer client dengan ketentuan di bawah ini :
IP : 192.168.0.2 – 192.168.0.254
GATEWAY : 192.168.0.1
NETMASK : 255.255.255.0
BROADCAST : 192.168.0.255
NAMESERVER : 192.168.0.1
misal :
Client01
===============================
IP : 192.168.0.2
GATEWAY : 192.168.0.1
NETMASK : 255.255.255.0
BROADCAST : 192.168.0.255
NAMESERVER : 192.168.0.1
Client02
===============================
IP : 192.168.0.3
GATEWAY : 192.168.0.1
NETMASK : 255.255.255.0
BROADCAST : 192.168.0.255
NAMESERVER : 192.168.0.1
dan seterusnya sesuai banyaknya client,yang berubah hanya IP
untuk client windows maka setting IP di bagian Start Menu/Setting/Control Panel/Network
setelah di setting ip client, maka coba ping ke 192.168.0.1 dari client,kalau berhasil berarti client dan MGW nya sudah tersambung.
Setting MGW supaya client bisa internat dengan menggunakan NAT
1.Matikan iptablesnya
[root@mgw root]# /etc/init.d/iptables stop
Flushing all chains: [ OK ]
Removing user defined chains: [ OK ]
Resetting built-in chains to the default ACCEPT policy: [ OK ]
[root@mgw root]#
2.Tambahkan iptables untuk Source NAt sesuai dengan ip di eth0
[root@mgw root]# /sbin/iptables -t nat -A POSTROUTING -o eth0 -s 192.168.0.0/24 -j SNAT –to-source 202.159.121.2
[root@mgw root]# /sbin/iptables-save > /etc/sysconfig/iptables
[root@mgw root]# /etc/init.d/iptables restart
Flushing all current rules and user defined chains: [ OK ]
Clearing all current rules and user defined chains: [ OK ]
Applying iptables firewall rules: [ OK ]
[root@mgw root]# iptables-save
SNAT sudah,SNAT disini standar sekali dan gak ada proteksi
untuk mengetest nya kita browser di client lalau buka google.com, kalau jalan berati kita sudah berhasil
source http://balung.brawijaya.ac.id/

Jumat, 11 September 2009

skip to main | skip to sidebar
kandagalante

Naskah-Naskah Babad Tanah Leluhur (165)
Selasa, 2008 Agustus 19
Pengambilan Sharing Printer di Thin Client

1. Lakukan seperti pada Add A Printer pada Terminal Server
2. Pilih Network Printer – Next
3. Pilih Connect to this Printer – Isi name – Klik Next

Diposkan oleh kandagalante di 09:15

Label: printer, thin client

0 komentar:

Poskan Komentar
Link ke posting ini

Buat sebuah Link
<< Posting Lebih Baru Posting Lama >> Halaman Muka
Langgan: Poskan Komentar (Atom)
Bantuan

Bagi pengunjung yang ingin membantu kami,

Silakan bantuannya dengan mengklik tombol dibawah ini:

Harapkan kami agar blog ini bisa membantu pengunjung mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan meningkatkan kualitas diri dan juga terutama bagi kami pengembang blog ini agar bisa memberikan layanan yang terbaik bagi pengunjung.

terima kasih.
Arsip Blog

* ▼ 2008 (79)
o ► Okt (3)
+ Kumpulan Kode Rahasia HP 2
+ Kumpulan Kode Rahasia HP 1
+ Kumpulan Kode Rahasia HP
o ► Sep (18)
+ Pengolahan Database 1
+ Penghilang folder
+ form 1 Aplikasi SMS
+ Form 2 Aplikasi SMS
+ form frm Aplikasi SMS
+ Form Login Aplikasi SMS
+ Module Aplikasi SMS
+ DAFTAR PUSTAKA SMS
+ SMS-Centre
+ PDU
+ perintah AT Command
+ Aplikasi Berbasis SMS
+ SMS GATEWAY
+ Polling
+ SMS
+ Arsitektur system
+ Database
+ TVRI
o ▼ Agu (58)
+ ROW MOVEMENT
+ DBCC
+ Upload Ke Youtube
+ Setting GPRS dari Hp Ke Pc
+ Source Code RSA UnitEnfForm
+ Source Code RSA Unit About
+ Source Code RSA Unit 2
+ Source code RSA unit 3
+ source code RSA unit 1
+ Source code RSA
+ Daftr Pustaka RSA
+ Perlunya Cryptography
+ Tujuan RSA
+ RSA
+ Rahasia RSA
+ Tahapan Proses Rekayasa Perangkat Lunak
+ cryptography
+ Percobaan Printer di Thin Client
+ Pengambilan Sharing Printer di Thin Client
+ Share Printing di Thin Client
+ Pemberian Alamat IP di Thin Client
+ Penyimpanan Setting
+ Pemberian Nama diThin client
+ Buat User di Thin Client
+ Seting Kertas di Thin Client
+ Add Printer di Thin client
+ execommand
+ css atau style sheet
+ Pemasukan data sebagai Array
+ test array
+ keluaran dari suatu procedure
+ nilai default pada stored procedure
+ Materilized View
+ type refresh di MV
+ Materilized View
+ user dan schema di oracle
+ Oracle Tuning
+ xml
+ Cek Waktu Eksekusi Syntax SQL
+ COMMIT
+ Penghapusan Tablespace
+ Pemanggilan fungsi DDL pada stored Procedure
+ Penyimpanan Component dengan
+ variable
+ Penyimpanan Component
+ Pemanggilan Component
+ Pembuatan component
+ Pemanggilan fungsi bisa pada aplikasi report
+ Pembuatan Hyper Link
+ Penggabungan oracle dan java
+ Pengambilan data dengan mengambil baris teratas se...
+ Pengambilan data dengan mengambil baris teratas se...
+ Penggabungan java dan coldfusion
+ Pengembalian database karena suspect
+ Cursor Oracle
+ Cursor Sql Server
+ Pengembalian database karena hilang log
+ Pembuatan TTab pada form

Mengenai Saya
Foto Saya

kandagalante
Sebelum Prabu Siliwangi meninggalkan Padjajaran mengutus empat orang Kandagalante : Jayaperkosa, Sanghyang Hawu, Terong Peot, dan Nagganan untuk menyerahkan amanat kepada Prabu Geusan Ulun, yaitu pada dasarnya Kerajaan Sumedang Larang, supaya menjadi penerus Kerajaan Padjajaran. Mahkota dan atribut Kerajaan Padjajaran dibawa oleh Senapati Jayaperkosa dan diserahkan kepada Prabu Geusan Ulun yang merupakan legalitas kebesaran Kerajaan Sumedang Larang, sebagai penerus Padjajaran.

Lihat profil lengkapku
Ke Tempatku

* K-Fusion
* K-Original

Kamis, 03 September 2009

wireless lan

Dasar W Lan - Presentation Transcript
Workshop Wireless LAN Michael S. Sunggiardi (michael@sunggiardi.com) PT Marvel Network Sistem
Workshop Wireless LAN Frekwensi Frekwensi adalah banyaknya getaran per detik dalam arus listrik yang terus berubah Satuan frekwensi adalah Hertz disingkat Hz. Jika arus bergerak lengkap satu getaran per detik, maka frekwensinya 1Hz Satuan frekwensi lain : Kilohertz (kHz) Megahertz (MHz) Gigahertz (GHz) Terahertz (THz)
Workshop Wireless LAN Frekwensi Spektrum
Workshop Wireless LAN Wavelength Panjang Gelombang atau Wavelength adalah jarak diantara kedua titik yang sama pada satu getaran. Dalam sistem wireless, biasanya diukur dalam satuan meter, sentimeter atau milli meter



SlideShare
Home Browse My Slidespace Upload Community Widgets
Advertise with us Hello, guest! (Login / Signup) All Languages
Search

Dasar-dasar Wireless LAN
Share Favorite Get File More...

Post to Blogger WordPress Twitter Facebook Delicious
more share options

23 comments

Comments 1 - 10 of 23 next
Post a comment
guest72ea35 2 months ago
OW MAKACIH ATAS INFORMASINYA

guest1fa4081 4 months ago
jadi setiap mau online kita harus login dulu ya ,terus di biarin selama kita online... trimakasih ..

guestb33ccd5 5 months ago
cam mana nak download ni??? klik ikon mana erk??

+
totok 10 months ago
leh nanya tentang Surf Junky? Apa aja yang harus dilakukan untuk melengkapi 100 activity point?

guest334153 12 months ago
Uang Gratis 1

Untuk Seluruh teman-teman yang sedang menggunakan Internet. Apakah Anda

sedang menggunakan Internet sekarang? JANGAN HABISKAN WAKTU ANDA TANPA

HASIL. Kita bisa mendulang dollar dari internet. Inilah yang disebut

situasi win-win solution.



Program ini GRATIS 100%



Anda akan dibayar setiap bulannya langsung diantar kerumah anda

(viaPos), atau melalui paypal, stormpay, e-gold.



BAGAIMANA CARANYA ???



Coba pikirkan :

Jika kita memerlukan waktu 1 jam untuk berfikir tentang proyek ini,

anda masih belum mendapat apa-apa, tetapi dalam waktu 1 jam



itu saya sudah mendapatkan 0,45 Dollar per jam atau 10,8 Dollar jika 24

jam, jika di rupiahkan maka Rp. 99.360,-



Anda mau tau caranya bagaimana? Buka Web dibawah ini :



Click disini http://www.surfjunky.com/?r=marionoarie



Langkah-langkah yang perlu anda lakukan:

1. Sign Up (Gratis 100 %)

2. Log in

3. Klik pada bagian 'EARN MONEY'

4. Klik pada bagian 'Click Here To Start Surf Junky

Browser'

5. Setelah itu Biarkan Program ini akan membuat DUIT untuk

anda sepanjang hari selama anda menggunakan Internet



6. Klik pada bagian 'STATISTIK' untuk mengetahui jumlah

Uang Anda



Promosikan Web anda ke banyak teman-teman anda untuk melakukan hal yang

sama, maka anda akan mendapatkan banyak manfaat. Jadi,Apa salahnya anda

berbuat itu kan??



TIDAK ADA SALAHNYA UNTUK MENCOBA...!! TIDAK RUGI APA-APA...!!



* Kita akan dibayar USD$0.45 (Rp.4.140,- mengikuti Nilai Tukar

Rupiah sekarang untuk setiap jam program ini berjalan).

* Berarti anda bisa dapat hingga Rp. 100.000,- Perhari

(Rp.4.140,- x 24 = 99.360,-)

* Ini berarti sebulan kita bisa mendapatkan uang dari internet

hingga Rp.99.360,- x 30 = Rp.2.980.800, - (Lumayankan)

* Itu Jika kita menggunakannya sendiri, jika anda menawarkan web

ini ke banyak orang maka anda bisa mendapatkan jasa referal

(referensi) dari internet, dan nilai tertinggi yang dapat anda

* capai sebesar 75 US Dollar / jam. Atau jika dirupiahkan

sebesar Rp.690.000 / jam, dalam 24 jam anda akan mendapatkan uang

sebanyak Rp 16.560.000,- , dalam satu bulan anda bisa mencapai angka

paling tinggi sebesar Rp.469.800.000, - Dahsyat bukan...



Berfikirlah. ...Jangan biarkan waktu kita mubazir percuma di Internet.



Duit FREE, Ambil saja dengan kerja keras anda.. COBAIN DEHHH









Uang Gratis 2



Langsung aja ya, saya disini berniat baik untuk saling berbagi kepada teman2...

saya sudah coba sendiri...



Proses kerjanya:

Setelah semua sudah terdaftar --> anda di minta mengisi komentar dari tiap website yang ditampilkan --> tiap 2 website dihargai $4(max. 10 website/hari) --> setelah duit terkumpul min $75, uang bisa di transfer ke PayPal(penjelasan di bawah) --> dari PayPal bisa dibuat balnja langsung via Internet ATAU di transfer ke Bank kita yang ada di Indonesia yang make Debit Card dan Credit Card...It′ easy right..



Proses Registrasinya:



1. Buat/Daftar PayPal Premium Account (Premier Account), Gratisss:



Klik website di bawah ini:

http://www.paypal.com/



Terus Sign Up/Register, isi data2nya semuanya, truz pas ditanya suruh ngisi data credit card dan debit card, klik cancel (tp klo dah punya ya isi aja)

* jangan ampe lupa email ama passwordmu ato duitmu ilang.



2. Lalu Klik link/alamat website di bawah ini:



http://www.AWSurveys.com/HomeMain.cfm?RefID=mariono



Hari Keempat, saya dapet $51.75

Mungkin thread kayak gini dah banyak ya, ya cuma mo berbagi informasi aja....



Selamat Mencoba…

+
barudak 2 years ago
waaahh...bgs BGT i DL yaa paaak.makaaciih

guest458e02 2 years ago
WEW

+
wheeldone 2 years ago
Htur nuhun

maksih bwt modulnya

+
chmad 2 years ago
terima kasih Pak.....
saya download yah

+
Michael Sunggiardi 2 years ago
Mas Ula ... maksud pertanyaan apa yah ?

Michael


Comments 1 - 10 of 23 next
Post a comment









Embed Video



no notes for slide #1


10 Favorites

amuzz15 favorited this 1 week ago


iyan_kalsel favorited this 3 months ago


vieri_02 favorited this 4 months ago


eyna favorited this 5 months ago


wantek favorited this 8 months ago
Tags wireless lan


nuhajat favorited this 2 years ago
Tags wifi


subebek favorited this 2 years ago


chmad favorited this 2 years ago
Tags wlan


belisa_always favorited this 2 years ago


Risman favorited this 2 years ago
Tags komputer

Dasar-dasar Wireless LAN - Presentation Transcript
Workshop Wireless LAN Michael S. Sunggiardi (michael@sunggiardi.com) PT Marvel Network Sistem
Frekwensi
Frekwensi adalah banyaknya getaran per detik dalam arus listrik yang terus berubah
Satuan frekwensi adalah Hertz disingkat Hz.
Jika arus bergerak lengkap satu getaran per detik, maka frekwensinya 1Hz
Satuan frekwensi lain :
Kilohertz (kHz)
Megahertz (MHz)
Gigahertz (GHz)
Terahertz (THz)
Workshop Wireless LAN
Workshop Wireless LAN Frekwensi Spektrum
Wavelength
Panjang Gelombang atau Wavelength adalah jarak diantara kedua titik yang sama pada satu getaran. Dalam sistem wireless, biasanya diukur dalam satuan meter, sentimeter atau milli meter
Workshop Wireless LAN
Frequency dan Wavelength
Frequency dan Wavelength digambarkan dalam persamaan :
dimana :
 = wavelength dalam meters
f = frequency dalam Hertz (getaran/detik)
c = kecepatan cahaya (3X10 8 meter/detik)
Workshop Wireless LAN
Frequency dan Wavelength
Contoh perhitungan panjang gelombang (wavelength) untuk frekwensi 2,4GHz :
Jadi panjang gelombang-nya hanya 12,5 cm
Workshop Wireless LAN
Frekwensi Spektrum dan Panjang Gelombang
Workshop Wireless LAN
Pemetaan di frekwensi 2,4GHz
Workshop Wireless LAN 26 MHz 84.5 MHz 125 MHz 2.4 GHz 915 MHz 5.8 GHz World Wide Band 1 2412 2401 2423 2 2417 2406 2428 3 2422 2411 2433 4 2427 2416 2438 5 2432 2421 2443 6 2437 2426 2448 7 2442 2431 2453 8 2447 2436 2458 9 2452 2441 2463 10 2457 2446 2468 11 2462 2451 2473 12 2467 2456 2478 13 2472 2461 2483 2400 ISM Band 14 2484 2473 2495 Channel number Top of channel Center frequency Bottom of channel 2410 2420 2430 2440 2450 2460 2470 2480 MHz
Decibels (dB)
Perbandingan daya dalam logaritmik :
dBm adalah nilai 10 log dari sinyal untuk 1 milli Watt
dBW adalah nilai 10 log dari sinyal untuk 1 Watt
Sinyal 100 milli Watt jika dijadikan dBm akan menjadi :
Workshop Wireless LAN
Workshop Wireless LAN
Watt vs dBm
1 W 2 W 10 W 30 dBm 33 dBm 40 dBm 100 W 50 dBm 100 mW 20 dBm 1 mW 0 dBm 100 uW -10 dBm 0.001 nW -80 dBm
Transmit (Tx) Power
Radio mempunyai daya untuk menyalurkan sinyal pada frekwensi tertentu, daya tersebut disebut Transmit (Tx) Power dan dihitung dari besar enerji yang disalurkan melalui satu lebar frekwensi (bandwidth)
Misalnya, satu radio memiliki Tx Power +18dBm, maka jika di konversi ke Watt akan didapat 0,064 W atau 64 mW.
Workshop Wireless LAN
Received (Rx) Sensitivity
Semua radio memiliki point of no return , yaitu keadaan dimana radio menerima sinyal kurang dari Rx Sensitivity yang ditentukan, dan radio tidak mampu melihat data-nya
Misalnya, 802.11b mempunyai Received Sensitivity of –76 dBm, maka pada level ini, Bit Error Rate (BER) dari 10 -5 (99.999%) akan terlihat.
Rx Sensitivity yang sebetulnya dari radio akan bervariasi tergantung dari banyak faktor.
Workshop Wireless LAN
Radiated Power
Dalam sistem wireless, antena digunakan untuk meng-konversi gelombang listrik menjadi gelombang elektromagnit. Besar enerji antena dapat memperbesar sinyal terima dan kirim, yang disebut sebagai Antenna Gain yang diukur dalam :
dBi : relatif terhadap isotropic radiator
dBd: relatif terhadap dipole radiator
dimana 0 dBd = 2,15 dBi
Workshop Wireless LAN
Radiated Power
Pengaturan yang dilakukan oleh FCC harus memenuhi ketentuan dari besarnya daya yang keluar dari antena. Daya ini diukur berdasarkan dua cara :
Effective Isotropic Radiated Power (EIRP)
diukur dalam dBm = daya di input antena [dBm] + relatif antena gain [dBi]
Effective Radiated Power (ERP) diukur dalam dBm = daya di input antena [dBm] + relatif antena gain [dBd]
Workshop Wireless LAN
Kehilangan Daya
Pada sistem wireless, ada banyak faktor yang menyebabkan kehilangan kekuatan sinyal, seperti kabel, konektor, penangkal petir dan lainnya yang akan menyebabkan turunnya unjuk kerja dari radio jika dipasang sembarangan
Pada radio yang daya-nya rendah seperti 802.11b, setiap dB adalah sangat berarti, dan harus diingat “3 dB Rule”.
Setiap kenaikan atau kehilangan 3 dB, kita akan mendapatkan dua kali lipat daya atau kehilangan setengahnya .
Workshop Wireless LAN
Kehilangan Daya
-3 dB = 1/2 daya
-6 dB = 1/4 daya
+3 dB = 2x daya
+6 dB = 4x daya
Sumber yang menyebabkan kehilangan daya dalam sistem wireless : free space, kabel, konektor, jumper, hal-hal yang tidak terlihat.
Workshop Wireless LAN
3dB Rule bisa diterapkan secara prak-tis dengan bantuan antena
Access Point dengan standar 802.11b mempunyai penguatan 13dB untuk jarak 300 meter, maka kalau kita menggunakan antena 15dB (total 28dB) rumusannya menjadi :
13 + 3 dB – jaraknya menjadi 600 meter
16 + 3 dB – jaraknya menjadi 1,2 KM
19 + 3 dB – jaraknya menjadi 2,4 KM
21 + 3 dB – jaraknya menjadi 4,8 KM
24 + 3 dB – jaraknya menjadi 9,6 KM
1dB dianggap loss ….
Workshop Wireless LAN
Workshop Wireless LAN
Dasar teknik wireless
Wireless LAN
Perangkat yang dipakai untuk menyambung jaringan komputer (LAN) dengan menggunakan udara sebagai media komunikasinya
Frekwensi yang dipakai adalah 2,4GHz atau 5GHz yaitu frekwensi yang tergolong ISM (Industrial, Scientific dan Medical) dan UNII (Unlicensed National Information Infrastructure)
Workshop Wireless LAN
Direct Sequence Spread Spectrum
Dikenal juga sebagai Direct Sequence Code Division Multiple Access (DS-CDMA), DSSS merupakan salah satu cara untuk menyebarkan modulasi sinyal digital di udara.
Rentetan informasi dikirim dengan membagi sekecil mungkin sinyal, lalu ditumpangkan pada kanal frekwensi yang ada di dalam spektrum tertentu.
Workshop Wireless LAN
Direct Sequence Spread Spectrum
Pada saat dipancarkan, data di kombinasi dengan rentetan bit data yang lebih tinggi (disebut chipping code ) untuk kemudian datanya dibagi menurut rasio tertentu.
Transmitter dan Receiver harus di sinkronisasi dengan kode acak yang sama.
Chipping code membantu sinyal lebih tahan terhadap interference dan juga memungkinkan data aslinya bisa di perbaiki jika ternyata rusak selama pengiriman.
Workshop Wireless LAN
Direct Sequence Spread Spectrum
Sinyal yang sudah di acak dan digabung dengan sinyal lain, dimana bandwidth-nya adalah 22MHz
Workshop Wireless LAN
Direct Sequence Spread Spectrum
Sinyal yang dilihat di spectrum analyzer
Workshop Wireless LAN
Frequency Hopping Spread Spectrum
Dikenal juga sebagai Frequency Hopping Code Division Multiple Access (FH-CDMA), radio FHSS dipancarkan dengan meloncat-loncat diantara frekwensi yang sudah tersedia dan mengikuti satu alogaritma tertentu, baik secara acak atau tertentu.
Transmitter di sinkronisasi dengan Receiver, sehingga tetap berada di frekwensi tengah-nya.
Workshop Wireless LAN
Frequency Hopping Spread Spectrum
Sinyal FHSS
Workshop Wireless LAN TIME 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 f1 f2 f3 f4 f5 Setiap kanal = 1MHz Hopset
Standar Wireless LAN
Standar yang dipakai adalah IEEE 802.11x, dimana x adalah sub standar yang terdiri dari : * 802.11 - 2,4GHz - 2Mbps * 802.11a - 5GHz - 54Mbps * 802.11a 2X - 5GHz - 108Mbps * 802.11b - 2,4GHz - 11Mbps * 802.11g - 2,4GHz - 22Mbps * 802.11n - 2,4GHz - 120Mbps
Workshop Wireless LAN
Workshop Wireless LAN
802.11a dan 802.11b akan menjadi satu
4 2,4GHz 5,2GHz Catatan : e : QOS h : 802.11a untuk Eropa i : perbaikan security b a b/i a/h/i a/b/e/g/h/i b/e/g/i b/e/i a/e/h/i
Workshop Wireless LAN
Jenis-jenis perangkat Wireless LAN
Access Point PCI Card USB PCMCIA Compact Flash Embedded
Workshop Wireless LAN
Bagaimana memilih perangkat 802.11 ?
Kebanyakan perangkat W-LAN 802.11 punya spesifikasi yang sama, karena perusahaan pembuatnya sama
Perbedaan yang menyolok berada di software pengendalinya
Workshop Wireless LAN
Perusahaan Taiwan pemasok 802.11
Sumber : DigiTimes 08-2003 3.000K AP, module, NIC, ADSL Belkin Broadcom, Atheros Askey 4.000K ADSL, VoIP, module Cisco, Apple, HPQ, YahooBB Broadcom, Intersil Ambit 4.000K module, NIC Netgear, D-Link Intersil Z-Com 6.000K AP, module, NIC Agere, Proxim, IBM, HPQ Agere USI 6.000K AP, module, NIC D-Link, Accton TI. Atheros GlobalSun 6.000K AP, module, NIC Linksys, Melco, Dell, HPQ Broadcom, Intersil GemTek 7.000K Router, AP, module, NIC Linksys, Melco, Corega, PCI Broadcom, Intersil CyberTAN Shipment Products Customer Chipsets Supplier
Workshop Wireless LAN
Jenis sambungan Wireless LAN
W-LAN Outdoor – dipakai untuk menghubungkan perangkat yang ada di luar ruangan, mengikuti standar 802.16
W-LAN Indoor – dipakai untuk menghubungkan perangkat yang ada di dalam ruangan, mengikuti standar 802.11
Workshop Wireless LAN
Site survey di indoor
Workshop Wireless LAN
Perancangan semaunya akan membuat masalah
LW 2
Workshop Wireless LAN
Langkah perancangan di dalam ruangan
Mulai dengan memasang Access Point di pojok ruangan dan jalan ke arah luar untuk memonitor kwalitas sambungan dan jarak Geser Access Point ke titik yang paling optimal di sel yang akan kita bikin Catatan : pastikan proses test ini memasukan faktor yang paling buruk, bukan yang terbaik - Tutup semua pintu - Gunakan badan sebagai penghalang 1 2 2 1
Workshop Wireless LAN
Langkah perancangan di dalam ruangan
Periksa ke arah berikutnya, sehingga :
Didapatkan jangkauan dari perangkat
Catat semua tempat yang mendapatkan sinyal paling lemah
Dari seluruh data, akan didapat satu sel yang dilayani oleh satu access point (titik nomor 2)
1 2 3
Workshop Wireless LAN
Langkah perancangan di dalam ruangan
Letakan AP di sel yang pertama
Pastikan berada di tempat overlap antara dua sel
Periksa jaraknya
Garis titik-titik merupakan batas maksimum jarak AP dari titik 4
Geser AP ke lokasi terjauh
Dalam hal ini garis titik-titk ungu
Pastikan batas sel-nya yaitu garis berwarna dadu untuk AP di titik 5
4 5 AP pertama 4 5
Workshop Wireless LAN
Langkah perancangan di dalam ruangan
Lakukan hal yang sama untuk semua sel 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 X X X
Workshop Wireless LAN
Standar Wireless LAN 802.16
Harga perangkatnya sangat mahal
Bekerja diatas frekwensi 5GHz
Biasanya dipakai oleh operator telekomunikasi
Workshop Wireless LAN
Penggunaan 802.11 di outdoor :
Radio 802.11B hanya punya 11 kanal
Pemasangannya harus mengikuti kaidah Line of Sight
Membutuhkan tower jika dua titik berada di level yang berbeda
Pemanfaatan daya yang kecil harus betul-betul diperhitungkan
Harus mengatasi interferensi yang terjadi
Workshop Wireless LAN
Memasang 802.11 di outdoor :
Menggunakan PCMCIA di dalam komputer
Workshop Wireless LAN
Memasang 802.11 di outdoor :
Menggunakan Access Point dengan antena luar
Workshop Wireless LAN
Outdoor Unit (Proxim Tsunami) yang bekerja di 5GHz dengan jarak sampai 10 km
Workshop Wireless LAN
Outdoor Unit dengan menggunakan antena luar, jaraknya bisa sampai 40 km dengan menggunakan WaveRider (~ USD 1.500)
Untuk outdoor unit dengan jumlah pelanggan banyak, dipakai Cirronet dengan kemampuan menangani sampai 1.200 pelanggan dalam satu rack 19” (~ USD 10.000)
Workshop Wireless LAN
Konfigurasi Cirronet
Workshop Wireless LAN
Access Point berbentuk 19” Rack
Workshop Wireless LAN
Subscriber Unit di komputer
Workshop Wireless LAN
Radio dari Subscriber Unit
Workshop Wireless LAN
Radio dan Antena Cirronet di Sudan
Signal Propagation
Sinyal yang meninggalkan antena, maka akan merambat dan menghilang di udara. Pemilihan antena akan menentukan bagaimana jenis rambatan yang akan terjadi.
Pada 2,4 GHz sangat penting jika kita memasang kedua perangkat pada jalur yang bebas dari halangan. Jika rambatan sinyal terganggu, maka penurunan kwalitas sinyal akan terjadi dan mengganggu komunikasinya.
Pohon, gedung, tanki air, dan tower adalah perangkat yang sering mengganggu rambatan sinyal
Workshop Wireless LAN
Signal Propagation
Kehilangan daya terbesar dalam sistem wireless adalah Free Space Propagation Loss . Free Space Loss dihitung dengan rumus :
FSL(dB) = 32.45 + 20 Log10 F(MHz) + 20 Log10 D(km)
Jadi Free Space Loss pada jarak 1 km yang menggunakan frekwensi 2.4 GHz :
FSL(dB) = 32.45 + 20 Log10 (2400) + 20 Log10 (1)
= 32.45 + 67.6 + 0
= 100.05 dB
Workshop Wireless LAN
Line of Sight
Menerapkan Line of Sight (LOS) antara antena radio pengirim dan penerima merupakan hal paling penting
Ada dua jenis LOS yang kita harus perhatikan :
Optical LOS – kemampuan untuk saling melihat antara satu tempat dengan tempat lainnya
Radio LOS – kemampuan radio penerima untuk ‘melihat’ sinyal yang dipancarkan
Workshop Wireless LAN
Line of Sight
Untuk menentukan Line of Sight, teori Fresnel Zone harus diterapkan. Fresnel Zone adalah bentuk bola rugby yang berada diantara dua titik yang membentuk jalur sinyal RF.
WaveRider masih dapat bekerja pada kondisi Line of Sight minimal 60% dari Fresnel Zone pertama ditambah 3 meter yang bebas dari gangguan atau halangan.
Workshop Wireless LAN
Line of Sight
Workshop Wireless LAN
Fresnel Zones
Workshop Wireless LAN
Fresnel Zones
Workshop Wireless LAN Radius of n th Fresnel Zone given by: Titik A Titik B
Diameter Fresnel Zone tergantung panjang gelombang, jarak antara dua titik.
Untuk mendapatkan gangguan dan kehilangan yang besar, kita harus mendapatkan jalur yang bersih pada 0.6F1 + 3m
d 2 d 1 2 1 2 1 d d d d n r n   
Fresnel Zones
Pada saat terjadi gangguan di Fresnel Zone pertama, akan banyak terjadi berbagai masalah yang akan berakibat di menurun-nya unjuk kerja.
Masalah utamanya adalah :
Reflection
gelombang yang merambat diluar kurva
multipath fading terjadi pada saat gelom- bang yang kedua tiba yang menyebabkan penurunan kwalitas sinyal
Workshop Wireless LAN
Fresnel Zones
Refraction
gelombang yang merambat di dalam kurva bergerak membentuk sudut
frekwensi yang kurang dari 10GHz tidak berpengaruh terhadap hujan besar atau kabut
Pada 2,4 GHz, redamannya 0.01 dB/Km untuk keadaan hujan 150mm/hr
Diffraction
gelombang merambat disekitar gangguan menuju ke bagian bayang-bayang
Workshop Wireless LAN
Fresnel Zones
Workshop Wireless LAN Karakteristik jalur dapat berubah setiap saat, tergantung keadaan.
Workshop Wireless LAN
Fresnel Zones
Antena
Antena mengubah getaran listrik dari radio menjadi getaran elektro magnetik yang disalurkan melalui udara.
Ukuran fisik dari radiasinya akan setara dengan panjang gelombangnya. Semakin tinggi frekwensinya, antena-nya akan semakin kecil
Kedua perangkat radio harus bekerja di frekwensi yang sama, dan antena akan melakukan dua pekerjaan sekaligus, mengirim dan menerima sinyal.
Workshop Wireless LAN
Antena
Jenis antena yang akan dipasang harus sesuai dengan sistem yang akan kita bangun, juga disesuaikan dengan kebutuhan penyebaran sinyalnya. Ada dua jenis antena secara umum :
1. Directional
2. Omni Directional
Workshop Wireless LAN
Antena Directional
Antena jenis ini merupakan jenis antena dengan narrow beamwidth , yaitu punya sudut pemancaran yang kecil dengan daya lebih terarah, jaraknya jauh dan tidak bisa menjangkau area yang luas, contohnya : antena Yagi, Panel, Sektoral dan antena Parabolik
802.11b yang dipakai sebagai Station atau Master bisa menggunakan jenis antena ini di kedua titik, baik untuk Point to Point atau Point to Multipoint
Workshop Wireless LAN
Antena Omni-Directional
Antena ini mempunyai sudut pancaran yang besar (wide beamwidth) yaitu 360 0 ; dengan daya lebih meluas, jarak yang lebih pendek tetapi dapat melayani area yang luas
Omni antena tidak dianjurkan pemakaian-nya, karena sifatnya yang terlalu luas se-hingga ada kemungkinan mengumpulkan sinyal lain yang akan menyebabkan inter-ferensi.
Workshop Wireless LAN
Workshop Wireless LAN
Antena Yagi
Sangat cocok untuk jarak pendek
Gain-nya rendah biasanya antara 7 sampai 15 dBi
Workshop Wireless LAN
Antena Yagi
Pola radiasi dari antena Yagi
Workshop Wireless LAN
Antena Parabolik
Dipakai untuk jarak menengah atau jarak jauh
Gain-nya bisa antara 18 sampai 28 dBi
Workshop Wireless LAN
Antena Parabolik
Pola radiasi dari antena Parabolik
Workshop Wireless LAN
Antena Parabolik
Workshop Wireless LAN
Antena Sektoral
Pada dasarnya adalah antena directional, hanya bisa diatur antara 45 0 sampai 180 0
Gain-nya antara 10 sampai 19 dBi
Workshop Wireless LAN
Antena Sektoral
Pola radiasi dari antena Sektoral
Workshop Wireless LAN
Antena Sektoral
Workshop Wireless LAN
Antena Sektoral
Workshop Wireless LAN
Antena Omni
Dipakai oleh radio base untuk daerah pelayanan yang luas
Gain-nya antara 3 sampai 10 dBi
Workshop Wireless LAN
Antena Omni
Pola radiasi dari antena Omni
Workshop Wireless LAN
Antena Omni
Pola Radiasi Antena
Parameter umum :
main lobe (boresight)
half-power beamwidth (HPBW)
front-back ratio (F/B)
pattern nulls
Biasanya, diukur pada dua keadaan :
Vector electric field yang mengacu pada E-field
Vector magnetic field yang mengacu pada H-field
Workshop Wireless LAN
Polarisasi
Polarisasi antena relatif terhadap E-field dari antena.
Jika E-field-nya horisontal, maka antenanya Horizontally Polarized.
Jika E-field vertikal, maka antenanya Vertically Polarized.
Polarisasi apapun yang dipilih, antena pada satu jaringan RF harus memiliki polarisasi yang sama
Workshop Wireless LAN
Polarisasi
Polarisasi dapat dimanfaatkan untuk :
Meningkatkan isolasi dari sinyal yang tidak diinginkan (Cross Polarization Discrimination (x-pol) biasanya sekitar 25 dB)
Mengurangi interferensi
Membantu menentukan satu daerah pelayanan tertentu
Workshop Wireless LAN
Workshop Wireless LAN
Polarisasi
Jenis polarisasai pada beberapa macam antena
Horizontal Vertical
Impedansi Antena
Impedansi yang cocok akan menghasilkan pemindahan daya yang maksimum. Antena juga berfungsi sebagai matching load-nya transmitter (50 Ohms)
Voltage Standing Wave Ratio (VSWR) adalah satuan yang menunjukan sampai dimana antena sesuai ( match ) dengan jalur transmisi yang dikirimnya.
Workshop Wireless LAN
Impedansi Antena
VSWR adalah rasio dari tegangan yang keluar dari antena dengan tegangan pantulan.
Kesesuaian didapatkan jika nilai VSWR menjadi sekecil mungkin, nilai 1,5:1 pada pita frekwensi yang dipakai merupakan batasan maksimum
Workshop Wireless LAN
Return Loss
Return Loss berhubungan dengan VSWR, yaitu mengukur daya dari sinyal yang dipantulkan oleh antena dengan daya yang dikirim ke antena.
Semakin besar nilainya (dalam satuan dB), semakin baik. Angka 13.9dB sama dengan VSWR 1,5:1. Return Loss 20dB adalah nilai yang cukup bagus, dan setara dengan VSWR of 1,2:1
Workshop Wireless LAN
Workshop Wireless LAN
Return Loss
Tabel perbandingan VSWR dengan kehilangan daya.
Workshop Wireless LAN
Sambungan Antena
Sambungan antena harus diperhatikan
Workshop Wireless LAN
Sambungan Antena
Pemakaian selotape harus betul-betul diperhatikan
Workshop Wireless LAN
Kabel
Pemilihan jenis kabel harus disesuaikan dengan panjang kabel yang akan dipakai. Semakin panjang jarak yang ditempuh, kwalitas kabel harus semakin baik.
Redaman akan menunjukan penurunan daya sinyal yang merambat di kabel, biasanya dihitung dalam bentuk redaman dalam dB untuk setiap 100 feet.
Andrew Corporation Heliax Times Microwave LMR types
Workshop Wireless LAN
Tabel Redaman Kabel
Workshop Wireless LAN
Konektor
Pemilihan konektor akan disesuaikan oleh beberapa kondisi :
- Jenis konektor di antena
- Jenis kabel yang dipakai
- Jenis penangkal petir yang dipakai
- Jenis jumper yang dipakai
Workshop Wireless LAN
Konektor
Beberapa jenis konektor yang biasa dipakai
Workshop Wireless LAN
Penangkal Petir
Untuk menghindari sambaran petir, kita harus menggunakan penangkal petir.
Untuk proteksi yang maksimum, ground harus disambung ke dekat bangunan, maksimal 2 feet.
Jangan menggunakan pipa gas atau pipa air sebagai ground, dan periksa tahanan listrik ground-nya.
Contoh Anti Petir
Workshop Wireless LAN
Perhitungan Link Budget
Untuk membuat satu sambungan tanpa kabel yang baik, kita harus memenuhi ketentuan yang hasilnya didapat dari perhitungan Link Budget.
Dengan melakukan perhitungan ini, kita mendapat gambaran berapa besar path loss yang kita dapatkan, sehingga akhirnya dapat menentukan kwalitas dari jalurnya.
WaveRider Link Path Analysis Tool (LPA Tool) adalah program Excel yang sangat mudah dijalankan, untuk menghitung semua parameternya.
Workshop Wireless LAN
Perhitungan Link Budget
Path Loss (dB)
Field Factor (dB)
Antenna Gain
(dBi)
Cable Losses
(dB)
Connector
Losses
(dB)
Connector
Losses
(dB)
Cable Losses
(dB)
A
B
Received Signal Level
(dBm) = Tx Output (dBm) - Path
Loss(dB) - Field Factor (dB) + Total Antenna Gains (dB) - Total
Cable Losses (dB) - Total Connector Losses (dB)
Antenna Gain
(dBi)
Tx Output (dBm)
Tx Output (dBm)
Workshop Wireless LAN
Fade Margin
Satuan yang menunjukan perbedaan antara Receive Signal Level (RSL) dan Rx Threshold atau referensi lainnya
Untuk jarak kurang dari 16km, Fade Margin minimum yang dianjurkan adalah 10dB
Output Power Threshold System Gain RSL Fade Margin
Workshop Wireless LAN
Perhitungan Link Budget
Workshop Wireless LAN
Apabila memasang perangkat Wireless LAN di dalam ruangan, kita tidak perlu memperhatikan beberapa hal-hal yang disebutkan, cukup dengan langsung melihat access point-nya dan jarak maksimalnya.
Semua ketentuan antena, SOM dan lainnya hanya berlaku pada kondisi pemasangan di luar ruangan.
Workshop Wireless LAN
Untuk yang outdoor sebetulnya harus mengikuti standar IEEE 802.16 yaitu Wireless MAN atau WAN, tapi sampai saat ini harganya masih terlalu mahal dan belum ada kesepakatan tentang sistem-nya
Akhirnya, banyak dipakai indoor unit dengan menggunakan amplifier atau penguat, yang sangat tidak dianjurkan
Workshop Wireless LAN
Perangkat Site Survey
Spectrum Analyzer (3GHz) untuk mengukur daya transmit, sinyal Input, keadaan sinyal RF di tempat yang bersang-kutan dan interferensi yang terjadi.
2. Strobe Light, Flashlight, Kaca, Binocular atau Telescope yang bermanfaat untuk meng-evaluasi Line-of-Sight dari tempat-tempat yang akan dipasang
Spectrum Analyzer
Workshop Wireless LAN
Perangkat Site Survey
3. Meteran, minimal 10 meter
4. Peta Topografik 1:50.000 atau peta komputer
5. Hand-held GPS dengan fungsi kompas dan Altimeter atau Elevation Gauge
6. Topi dan ban keselamatan
7. Tangga
Workshop Wireless LAN
Ban Keselamatan untuk naik ke tower
Workshop Wireless LAN
Perangkat penunjang akses Internet
WatchGuard Firewall Allot Bandwidth Limiter KVM Switch Cisco Router Cisco Router Compex Switch HDSL Modem

+
Michael Sunggiardi, 2 years ago

custom
Embed custom


16191 views, 10 favs, 5 embeds more stats

Presentasi dasar-dasar terori wireless LAN
Related Presentations
Dasar W Lan
Planung und Kalkulation eines Wire…
Instalacion de una red inalambrica
PPPoE an der Fonera einstellen - FON
How I Hacked Your Wireless LAN �…
Network Cabling Los Angeles Data V…
Network Cabling Los Angeles
Network Cabling Colorado Data Voic…
Network Cabling Colorado Springs D…


More by user
yUeSBi Jardiknas
WiMax ... ? Ogah Ah ....
Rt Rw Net Workshop Ver10

View all presentations from this user


ADVERTISE ON SLIDESHARE
More Info

© All Rights Reserved
Go to text version
Total Views 16191
15443 on SlideShare
748 from embeds
Comments 23
Favorites 10
Downloads 1529
All embeds
728 views on http://mikesgd00.wordpress.com
17 views on http://electroclass.blogspot.com
1 views on http://imoveislancamentos.com.br
1 views on http://s3.amazonaws.com
1 views on http://mardionost.blogspot.com

Uploaded via SlideShare
Uploaded as Microsoft PowerPoint
Flag as inappropriate
ADVERTISE ON SLIDESHARE
Categories
Technology
Tags
wifi komputer lan wlan wireless
-->

Search
RSS Feed
What's new?
Participate in the SlideShare World's Best Presentation Contest 2009...
Info
About
Blog
Press
Advertise
Jobs
Using SlideShare
Quick Tour
Terms of Use
Privacy Policy & DMCA
Community Guidelines
Help
Feedback / Contact
FAQ
Forum
Explore
Find your Friends
Events
Developers & API
Karaoke
Make a Webinar
SlideShare+YouTube
Slideshare Outside
Linkedin App
Facebook App
SlideShare in PowerPoint
SlideShare Mobile

© 2009 SlideShare Inc. All Rights Reserved

Senin, 24 Agustus 2009

grafika komputer

Selasa, 2009 Mei 05

TRANSFORMASI OBYEK DUA DIMENSI

Grafika computer merupakan bidang yang menarik minat banyak orang. Salah satu sub bagian dari grafika adalah pemodelan objek. Dalam pemodelan objek 2D, berbagai objek dimodifikasi dengan melakukan berbagai operasi fungsi atau operasi transformasi geometri. Transformasi ini dapat berupa transformasi dasar ataupun gabungan dari berbagai transformasi geometri. Transformasi ini dikenal dengan Transformasi affine. Pada dasarnya, transformasi merupakan suatu operasi modifikasi bentuk objek tanpa merusak bentuk dasar dari objek. Salah satu contoh transformasi adalah transformasi dari window ke viewport.

Pada Viewport, Objek yang akan digambar pada layar biasanya mempunyai ukuran yang jauh lebih besar dibanding dengan ukuran layar, sehingga perlu dilakukan pemetaan transformasi yang memungkinkan objek tersebut bisa seluruhnya digambar dilayar, tetapi pada layar dengan koordinat yang terbatas, dan biasanya dibatasi oleh sebuah kotak yang disebut windows, sedangkan layarnya tersebut disebut Viewport.

1. Langkah-Langkah Transformasi Viewing 2 Dimensi

1) Pembentukan scene pada WC menggunakan output primitif atribut.

2) Untuk mendapatkan orientasi tertentu dari window, maka ditentukan sistem VC 2 dimensi pada WC. Frame digunakan untuk melengkapi penentuan orientasi dari windows persegi empat . Setelah frame dibentuk dapat ditransformasikan ke dalam WC untuk menampilkan koordinat.

3) Kemudian viewport ditentukan dalam normalized NVC (pada batasan antara 0 dan 1) dan memetakan deskripsi VC dari scene pada Normalized Coordinate.

4) Akhirnya dilakukan clipping (pemotongan) pada semua gambar yang ada diluar viewport.

2. Macam-macam transformasi:

1) Transformasi Objek, yang ditransformasikan titik-titik yang menyusun objek tersebut.

2) Transformasi Koordinat, yang diubah system koordinatnya sehingga objek mengalami transformasi dikarenakan perubahan system koordinat tersebut.

3. Tujuan Transformasi :

1) Merubah atau menyesuaikan komposisi pandangan.

2) Memudahkan membuat objek yang simetris

3) Melihat objek dari sudut pandang berbeda

4) Memindahkan satu atau beberapa objek dari satu tempat ke tempat lain, biasanya digunakan pada animasi computer.

4. Transformasi dasar pada objek dua dimensi terdiri dari :

a. TRANSLASI

Translasi merupakan suatu proses yang menyebabkan perpindahan objek dari satu titik ke titik lain. Translasi dilakukan dengan penambahan translasi pada suatu titik koordinat dengan translasi vector yaitu (trx,try), dimana trx adalah translation vector menurut sumbu x sedangkan try adalah translasi vector terhadap sumbu y.

Koordinat baru titik yang ditranslasi dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:

x = x + trx

y = y + try

imana (x,y) adalah koordinat asal suatu objek dan (x,y) adalah koordinat baru objek tersebut setelah ditranslasi.Translasi adalah transformasi dengan bentuk yang tetap memindahkan objek apa adanya. Dengan demikian setiap titik dari objek akan ditranslasi dengan besaran yang sama.


a. SKALA

Transformasi skala adalah perubahan ukuran suatu objek. P

b. ROTASI

Rotasi merupakan bentuk transformasi berupa pemutaran objek, dilakukan dengan menambahkan besaran pada absis X dan ordinat Y. Rotasi dua dimensi pada suatu objek akan memindahkan objek tersebut menurut garis melingkar. Pada bidang xy.


c. SHEARING

Shearing mempunyai beberapa pengertian, antara lain :

· Shearing adalah bentuk transformasi yang membuat distorsi dari bentuk suatu objek, seperti menggeser sisi tertentu.

· Shearing adalah suatu proses untuk mentransformasikan objek dengan cara “membebani” objek tersebut kea rah tertentu, sehingga dihasilkan suatu objek yang distorsi.

Dua macam shear yang umum adalah shear menurut sumbu x dan shear menurut sumbu y.


6. SISTEM KOORDINAT HOMOGEN

Sistem koordinat homogen adalah system koordinat yang mempunyai satu dimensi lebih tinggi dari system koordinat yang ditinjau. Digunakan untuk menyatakan semua proses transformasi dengan perkalian matrix termasuk pergeseran.


7. PEMBATALAN TRANSFORMASI AFFIN

Transformasi dari titik P ke titik Q dengan persamaan Q = PM + tr dapat dibatalkan atau dikembalikan dengan menggunakan persamaan P = ( Q – tr )M-1 dengan catatan bahwa M adalah marix non singular (mempunyai determinan tidak sama dengan nol).

Untuk objek dua dimensi dapat dilakukan dengan matrix 2x2 karena pembatalan transformasi tidak perlu dengan bantuan koordinat homogen.


interface:



Source code Program :

Unit1.cpp

//---------------------------------------------------------------------------

#include // membaca file vcl untuk memulai pembuatan program pada Borland C++ Builder

#include //membaca file header math yang berhubungan dengan perhitungan

#pragma hdrstop à library yang sudah disediakan oleh Borland C++ Builder

#include "Unit1.h" // membaca file Unit1.h

#pragma package(smart_init) // library yang sudah disediakan oleh Borland C++ Builder

#pragma resource "*.dfm" // library yang sudah disediakan oleh Borland C++ Builder

TForm1 *Form1;

struct Elemen { float x,y ;} ; //objek berbentuk struktur dengan variabel X dan Y yang bertipe float

Elemen Objek[6]; //deklarasi elemen

//---------------------------------------------------------------------------

__fastcall TForm1::TForm1(TComponent* Owner)

: TForm(Owner)

{

}

// memanggil fungsi TForm1

//---------------------------------------------------------------------------

void __fastcall TForm1::FormShow(TObject *Sender)

{ int i;

Image1->Canvas->Rectangle(0,0,Image1->Width,Image1->Height);

Image1->Canvas->MoveTo(Objek[5].x,Objek[5].y); //move to memmindahkan garis

for (i=1;i<=5;i++){ Image1->Canvas->LineTo(Objek[i].x,Objek[i].y);};

} //line to menambah garis

//========================================================================

void __fastcall TForm1::FormActivate(TObject *Sender)

{ Objek[1].x = 100; Objek[1].y = 50;

Objek[2].x = 50; Objek[2].y = 100;

Objek[3].x = 100; Objek[3].y = 100;

Objek[4].x = 100; Objek[4].y = 150;

Objek[5].x = 150; Objek[5].y = 100;

FormShow(Sender);

}

// memanggil fungsi FormActivate untuk membuat objek dengan menentukan titik-titik objek pada koordinat x dan y

//========================================================================

void __fastcall TForm1::ButtonatasClick(TObject *Sender)

{

int i;

for (i=1;i<=5;i++){ Objek[i].y-=5;};

FormShow(Sender);

}

// memanggil fungsi ButtonatasClick

//---------------------------------------------------------------------------

void __fastcall TForm1::ButtonkananClick(TObject *Sender)

{

int i;

for (i=1;i<=5;i++){ Objek[i].x+=5;};

FormShow(Sender);

}

// memanggil fungsi ButtonkananClick

//---------------------------------------------------------------------------

void __fastcall TForm1::ButtonkiriClick(TObject *Sender)

{

int i;

for (i=1;i<=5;i++){ Objek[i].x-=5;};

FormShow(Sender);

}// memanggil fungsi ButtonkiriClick

//----------------------------------------- ----------------------------------

void __fastcall TForm1::ButtonbawahClick(TObject *Sender)

{

int i;

for (i=1;i<=5;i++){ Objek[i].y+=5;};

FormShow(Sender);

}// memanggil fungsi ButtonbawahClick

//---------------------------------------------------------------------------

void __fastcall TForm1:: Button1Click (TObject *Sender)

{

Elemen TempObjek[6];

int i; float Sdt;

for (i=1;i<=5;i++)

{ Objek[i].x=Objek[i].x-Image1->Width / 2;

Objek[i].y=Objek[i].y-Image1->Height / 2;

Sdt=10*M_PI/180;

TempObjek[i].x=(Objek[i].x*cos(Sdt)-Objek[i].y*sin(Sdt));

TempObjek[i].y=(Objek[i].x*sin(Sdt)+Objek[i].y*cos(Sdt));

Objek[i]=TempObjek[i];

Objek[i].x=Objek[i].x+Image1->Width / 2;

Objek[i].y=Objek[i].y+Image1->Height / 2;

} FormShow(Sender);

}// memanggil fungsi Button1Click

//---------------------------------------------------------------------------

void __fastcall TForm1::Button2Click(TObject *Sender)

{

Elemen TempObjek[6];

int i,n,m; float Sdt;

for (i=1;i<=5;i++)

{

n = Objek[3].x;

m = Objek[3].y;

Objek[i].x=Objek[i].x-n;

Objek[i].y=Objek[i].y-m;

Sdt=10*M_PI/180;

TempObjek[i].x=(Objek[i].x*cos(Sdt)-Objek[i].y*sin(Sdt));

TempObjek[i].y=(Objek[i].x*sin(Sdt)+Objek[i].y*cos(Sdt));

Objek[i]=TempObjek[i];

Objek[i].x=Objek[i].x+n;

Objek[i].y=Objek[i].y+m;

}

FormShow(Sender);

}// memanggil fungsi Button2Click

//---------------------------------------------------------------------------

UNIT.H



// File ini berisi event handler untuk mengatasi sebuah event dari komponen yang ditempatkan pada sebuah form.

//---------------------------------------------------------------------------

#ifndef Unit1H

#define Unit1H

//---------------------------------------------------------------------------

#include

#include

#include

#include

#include

//---------------------------------------------------------------------------

class TForm1 : public TForm

{

__published: // IDE-managed Components

TPanel *Panel1;

TButton *Buttonkiri;

TButton *Buttonatas;

TButton *Buttonbawah;

TButton *Buttonkanan;

TImage *Image1;

TButton *Button1;

TButton *Button2;

void __fastcall FormShow(TObject *Sender);

void __fastcall FormActivate(TObject *Sender);

void __fastcall ButtonatasClick(TObject *Sender);

void __fastcall ButtonkananClick(TObject *Sender);

void __fastcall ButtonkiriClick(TObject *Sender);

void __fastcall ButtonbawahClick(TObject *Sender);

void __fastcall Button1Click(TObject *Sender);

void __fastcall Button2Click(TObject *Sender);

private: // User declarations

public: // User declarations

__fastcall TForm1(TComponent* Owner);

};

//---------------------------------------------------------------------------

extern PACKAGE TForm1 *Form1;

//---------------------------------------------------------------------------

#endif


OUTPUT :







0 komentar: